Direktur Eksekutif PSKP, Efriza: Kans PKS Lumayan Besar di Depok

Published by admin on

RADARDEPOK.COM – Tidak perlu menunggu terlalu lama, pesan singkat dari awak Radar Depok langsung di balas, Efriza yang juga dosen Ilmu Politik di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIP-AN).

Perbincangan awal menanyakan kabar dan sedikit ngobrol ngalor ngidul pun bolak balik seperti bola pingpong yang menghantam blade. Maklum saja, sejak pandemi dan penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, kami tidak pernah bertemu langsung.

Langsung ke topik bahasan, Efriza menilai, jelang Pilkada Depok 2020, semestinya Magnet PKS lumayan besar. Sebab, partai berlambang bulan sabit kembar ini memiliki 12 kursi legislatif tingkat II Kota Sejuta Maulid .

Meski demikian tampaknya, pertarungan ini tak serta merta membuat PKS berani membusungkan dada untuk tak memikirkan partai lainnya.  Misalnya, saja PKS melakukan silaturahim cukup intensif ke DPC Partai Demokrat.

“Langkah PKS ini dilakukan untuk mengajak Koalisi Depok Tertata yakni Partai Demokrat, PPP, PAN, dan PKB,”tutur Efriza.

Jika melihat historis di Pemerintahan Pusat, maka kemungkinan besar mereka berkoalisi memang masuk akal, melihat mereka pernah bekerjasama di Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama dua periode kepemimpinannya.

Namun, yang menjadi persoalan adalah, PKS hingga saat ini masih malu-malu untuk membicarakan petahana, malah tetap mendengungkan tiga nama terakhir yang masih bertahan di Pemilihan Umum Internal Raya (Pemira) DPD PKS Kota Depok, yakni Moh. Hafid Nasir, Imam Budi Hartono dan T. Farida Rachmayanti.

Memang belum menjadi tsunami politik. Tapi, manuver Mohammad Idris mendekati Koalisi Depok Tertata seperti Partai Demokrat, PPP, PAN dan PKB. Tapi, apa yang dilakukan, menjadi headline di beberapa media.

“Sudah ada PPP yang lebih dulu bersikap bakal mengusung petahana, disusul Demokrat dan terakhir PAN membawa Idris ke DPP mereka,” kata Efriza.

Menurut Efriza, PKS tidak bisa banyak melakukan manuver, jika suara di tingkat pusat telah merekomendasikan ketiga nama. Sedangkan, jika Koalisi Depok Tertata tetap solid mendukung Mohammad Idris, kemungkinan besar PKS akan mengalami perpecahan konflik di tingkat grass groot.

“Jika Mohammad Idris bisa membangun kekuatan dengan pengurus, anggota DPRD dari PKS yang melakukan mbalelo terhadap tingkat pusat,” paparnya.

Inilah yang menyebabkan PKS mau tidak mau mengupayakan koalisi dengan Partai Golkar, tanpa sepenuh hati lagi memperluas dukungan koalisinya. Keputusan ini, menunjukkan bahwa magnet PKS di Kota Depok, akan terganggu manuver dari Mohammad Idris.

Tampaknya inilah yang menyebabkan PKS lebih menguatkan konsolidasi untuk tetap mematuhi keputusan DPP PKS. Sementara, kesempatan untuk mengusung kenangan manis bersama empat partai di koalisi tertata seperti di masa periode keemasan Presiden SBY, harus benar-benar dikubur peluang dan kesempatannya.

“Sebab tak memungkinkan, Mohammad Idris untuk memilih menjadi wakil dari PKS, sedangkan jika PKS mengajukan ketiga calon yang diusungnya itu untuk menjadi wakil dari Mohammad Idris, ini menunjukkan PKS lebih ke arah politik pragmatis, lebih baik memperoleh jabatan daripada tidak sama sekali. Namun, kecil peluangnya, tampaknya magnet ini beralih ke koalisi yang lainnya, yang lebih disebabkan oleh masih kuatnya pengaruh dan manuver Mohammad Idris,” ucap Efriza.

 

Artikel ini sebelumnya telah dimuat di: https://www.radardepok.com/2020/06/bedah-peta-politik-pilkada-bareng-pskp-magnet-pks-dan-manuver-sang-petahana/


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

google-site-verification=8N5TxWSBBIhu3nYT0oYVHkVyJSPdKuOpQNM5nHBjYg4