Mengapa Perdamaian di Afghanistan Susah Tercapai?

Published by admin on

Oleh: Dama Rifki Adhipramana, peneliti Departemen Politik Internasional Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan

Konflik Taliban dan Amerika Serikat adalah salah satu konflik terlama yang ada dan telah terjadi selama lebih dari 19 tahun. Konflik panjang antara Taliban dan Amerika Serikat ini dipicu oleh adanya perlindungan Taliban terhadap kelompok al-Qaeda yang telah melarikan diri ke Afghanistan. Kelompok teroris al-Qaeda tersebut dipimpin oleh Osama Bin Laden yang juga bertanggung jawab atas hilangnya lebih dari 3.000 nyawa warga Amerika Serikat dalam serangkaian aksi teror pada 9 September 2001 lalu. Rangkaian aksi teror tersebut terdiri atas pembajakan empat pesawat jet penumpang milik Amerika Serikat oleh al-Qaeda yang kemudian ditabrakan ke ikon-ikon milik Amerika Serikat seperti World Trade Center, Pentagon, dan Washington D.C. Tidak tinggal diam, Amerika Serikat melakukan serangan kepada Taliban di Afghanistan pada 7 Oktober sebulan setelah terjadinya aksi teror 9 September 2001. Presiden Amerika Serikat, George Bush mengatakan bahwa misi penyerangan terhadap Taliban di Afghanistan ini bertujuan untuk mengacaukan markas operasi teroris di Afghanistan serta menjatuhkan rezim Taliban yang menguasai Afghanistan. Dampak dari adanya penyerangan Amerika Serikat adalah terbaginya Afghanistan atas dua pemerintahan yang terdiri atas Taliban dan pemerintahan baru dibawah pimpinan Presiden Ashraf Gani yang didukung oleh negara-negara barat.

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan konflik Taliban dan Amerika Serikat telah memasuki babak baru yang menuju pada upaya penyelesaian konflik. Pada 12 September 2020, pemerintah Afghanistan yang didukung oleh negara barat bertemu dengan perwakilan Taliban di Qatar dalam upaya untuk mengakhiri perang sipil dan perang melawan Amerika Serikat. Amerika Serikat mendukung adanya dialog perdamaian untuk menyempurnakan sikap bagaimana memajukan negara dan mengurangi kekerasan di Afghanistan dengan mengirimkan Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo. Donald Trump berusaha mengakhiri perang terpanjang Amerika Serikat yang telah dimulai oleh George Bush di Afghanistan pada 2021 mengingat ia ingin menarik semua pasukan yang terlibat dalam perang untuk meninggalkan Afghanistan.  Keraguan atas pembicaraan perdamaian diantara Taliban, Presiden Ashraf Gani, dan Amerika Serikat tidak terhindarkan mengingat semua pihak harus menyamakan visi mereka yang selama ini berbeda hingga dibutuhkannya kesepakatan perdamaian yang bersifat komprehensif.

19 Tahun Kehadiran Amerika Serikat di Afghanistan

Konflik 19 tahun antara Taliban dan Amerika Serikat diperkirakan telah menguras uang kas milik Amerika Serikat sebanyak $ 2 triliun. Perlu diketahui bahwa $ 2 triliun itu tidak dapat menghentikan Taliban untuk mendapatkan kekuatan di Afghanistan dan menurunkan produksi opium di Afghanistan meskipun, Osama Bin Laden sudah mati dan kebanyakan warga Afghanistan tinggal dalam kemiskinan. George Bush yang kala itu menjadi Presiden Amerika Serikat menyatakan bahwa misi penyerangan terhadap Taliban di Afghanistan ini bertujuan untuk mengacaukan markas operasi teroris di Afghanistan serta menjatuhkan rezim Taliban yang menguasai Afghanistan akan tetapi, Taliban malah menjadi semakin kuat 18 tahun kedepan sejak dimulainya misi penyerangan pada Oktober 2001. Hal ini sangat mengecewakan karena Amerika Serikat telah menghabiskan $ 1.5 triliun untuk berperang melawan Taliban. Saat ini, opium adalah sumber utama pendapatan dan pekerjaan Taliban sehingga mereka tetap dapat menyokong keperluan yang dibutuhkan untuk berperang melawan Amerika Serikat. Sekali lagi, Amerika Serikat gagal untuk memperlemah Taliban di Afghanistan meskipun telah menghabiskan $ 10 milyar untuk melawan penjualan opium. Sisa uang kas milik Amerika Serikat digunakan untuk memperkuat pemerintah Afghanistan, pembangunan ekonomi Afghanistan, dan program rekonstruksi.

Kendala Penyelesaian Konflik

Konflik antara Taliban dan Amerika Serikat yang telah terjadi selama 19 tahun tidak mampu mengakhiri kekuasaan Taliban di Afghanistan. Pembicaraan perdamaian seharusnya dilakukan di Qatar pada Maret lalu namun sempat dibatalkan karena Taliban menyerang pemerintah Afghanistan. Akan tetapi, menurut informasi terbaru yang ada, perundingan tetap berjalan pada 12 September lalu antara Taliban, pemerintah Afghanistan, dan Amerika Serikat. Terdapat beberapa bagian dalam kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban untuk mengakhiri konflik tetapi, Taliban dianggap sebagai pihak yang sengaja tidak menanggapi kesepakatan yang ada atau stalling. Didalam kesepakatan yang ada, Amerika Serikat diharuskan untuk menarik tentara-tentaranya di Afghanistan sedangkan Taliban harus berkoordinasi dengan pemerintah Afghanistan serta memastikan bahwa Afghanistan tidak lagi menjadi markas untuk penyerangan terhadap Amerika Serikat. Akan tetapi, janji Taliban untuk memenuhi tuntutan dalam kesepakatan tersebut sangat samar-samar sehingga sulit untuk di verifikasi kebenarannya.

Menurut Sher Jan Ahmadzai, Direktur Center of Afghanistan Studies di University of Nebraska, Taliban hanya memenuhi satu dari tujuh syarat yang telah ditetapkan dalam kesepakatan damai dengan Amerika Serikat. Hal itu dapat dilihat dari adanya tuntutan untuk pembebasan 1.000 tahanan tentara Afghanistan namun, hanya 261 tentara Afghanistan yang dibebaskan sehingga pemerintah Afghanistan turut menuntut pembebasan lebih banyak tentara agar pembicaraan selanjutnya dapat dilakukan. Enam syarat tersisa dalam kesepakatan Amerika Serikat dan Taliban pada dasarnya menuntut agar Taliban memutuskan semua hubungan dengan organisasi militan, terutama al-Qaeda yang telah lama memberikan dana untuk pemberontakan Taliban di Afghanistan.

Alasan mengapa perdamaian di Afghanistan susah tercapai tidak terlepas dari kegagalan Amerika Serikat dalam menangani Taliban. Konflik yang telah berlangsung selama 19 tahun itu justru tidak memperlemah Taliban sehingga Taliban mampu berperang melawan pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat itu sendiri. Selain itu, kendala pada upaya implementasi dari kesepakatan juga menjadi permasalahan tersendiri dalam mencapai perdamaian.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

google-site-verification=8N5TxWSBBIhu3nYT0oYVHkVyJSPdKuOpQNM5nHBjYg4