Membangun Stigma Positif Papua

Published by admin on

Oleh : Khairatun Ni’mah, Manajer Operasional PSKP dari prodi pendidikan IPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Papua merupakan daerah di bagian timur Indonesia. Tanah kaya di ujung timur ini terkenal dengan keindahan alam dan pulau-pulau indahnya. Bahkan papua pun memiliki nama panggilan tersendiri, yaitu ‘Mutiara Hitam’. Siapapun tertarik untuk menjadikan papua sebagai bahan perbincangan atau bahasan, terutama para masyarakat luas, baik di dalam atau luar papua, bahkan di luar negeri. Perbincangan yang kerap terjadi mengenai papua adalah pada aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, seperti ekonomi, politik, budaya, khususnya aspek pariwisata dan kekayaan sumber daya yang melimpah di sana.

Akan tetapi dengan kekayaan budaya dan keindahan papua yang terkenal itu, masih ada beberapa masyarakat dari luar papua belum mengenal papua dengan baik. Ujaran kebencian dan rasialisme masih terjadi di kalangan masyarakat papua Tindakan yang sangat tidak terpuji. Tindakan rasialisme bisa di anggap sebagai Tindakan yang dapat melukai harga diri seseorang atau sekelompok masyarakat yang dapat diproses atau dijerat hukum. Seperti contoh kasus kerusuhan di Surabaya dan Malang. Peristiwa ini bisa dilihat memiliki dampak yang besar, utamanya ketika ujaran kebencian itu dilontarkan dapat menjadi perhatian bagi rakyat dan juga kita rakyat Indonesia pasti merasakan keprihatinan yang sama dengan terjadinya tindakan tersebut.

Selanjutnya, rasialisme menjadi isu yang didasari isu sentimen, namun dapat mencederai hak asasi manusia dan aspek dalam kehidupan masyarakat luas. Insiden yang terjadi pada beberapa waktu lalu terkait OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang meminta dukungan untuk membentuk pemerintahan sendiri harus menjadi perhatian kita semua. Tentunya kita tidak ingin hal itu terjadi, namun menghadapinya dengan kekerasan bukanlah jalan terbaik. Kondisi tersebut setidaknya membukanya kepekaan pemerintah untuk lebih melakukan pendekatan yang terdiversifikasi dan bukan hanya melalui pendekatan militer. Walaupun dari penanganan pemerintah yang masih jauh dari kata sempurna, tetapi hasil yang didapatkan adanya pertumbuhan hubungan antara masyarakat Papua dengan negara.

Adanya upaya pemerintah untuk menangani isu-isu seperti diatas perlu dilakukan dengan cara-cara damai. Seperti juga tuduhan-tuduhan pihak-pihak tidak bertanggung jawab mengenai ketimpangan dan isu hak asasi manusia perlu segera untuk ditemukan jalan keluar dengan cara persuasif, sekalipun tidak menutup kemungkinan dengan jalur-jalur penegakan hukum jika dirasa berlebihan. Namun, menariknya berdasarkan kebijakan yang dilakukan sekarang oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo, beliau sedang membangun banyak infrastruktur di Papua. Presiden berusaha menyelesaikan isu ini dengan mewujudkan pemerataan yang adil untuk semua masyarakat Papua, tidak pandang bulu.

Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah  ini membuahkan hasil yang sangat baik. Banyak masyarakat Papua yang merasa sangat dihargai dengan progam dan upaya pemerintah dalam membangun wilayahnya itu. Dengan tingginya tingkat kepuasan masyarakat Papua khususnya, pemerintahan Jokowi dinilai berhasil dalam memperlakukan baik masyarakat papua. Dengan adanya respon positif yang diberikan mereka, semakin membuktikan bahwa masyarakat Papua masih memiliki harapan dan pandangan yang positif terhadap pemerintahan pusat. Walaupun begitu, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah ini tetap belum banyak dipahami masyarakat luar Papua. Keadaan yang terjadi sekarang terkait usaha pemerintah membangun Papua hanya sebatas institusional ke bawah, namun pada level masyarakat belum didapatkan pemahaman. Kerja yang tetap perlu diperbaiki, namun paling tidak sudah on the right tract.

Lalu bagaimana dengan masyarakat luar Papua dalam menghadapi isu-isu dan stigma negatif seperti rasialisme terhadap masyarakat Papua? Untuk menjawabnya, publik harus meningkatan pandangan positif dan sikap positif seperti untuk tidak bertindak jauh lebih merugikan dan menahan diri untuk tidak masuk kedalam tidakan rasialisme. Kita perlu menyadari bahwa masih ada masyarakat yang masih kurang baik dalam memperlakukan penduduk asli Papua, sekalipun itu hanya oknum. Kita sebagai masyarakat harus sadar bahwa Papua perlu perhatian kita bersama. Kita tidak memungkiri masalah ada, namun di daerah mana yang tidak ada. Kita hanya perlu yakin kepada pemerintahan Jokowi bahwa beliau mampu pelan-pelan menyelesaikan hal ini secara konstruktif.

Selain itu, masyarakat sipil perlu merekronstruksi kembali bahwa rasa kesukuan tidak terbentuk dari lahirnya kondisi biologis suatu individu, tetapi terbentuk karena individu yang berdasarkan wilayahnya membentuk kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan ciri atau karakteristik yang mereka miliki. Minimnya masyarakat luar Papua terhadap stigma yang ada di wilayah timur Indonesia, khususnya Papua, menjadikan kurang akan pengetahuan bahwa perbedaan latar belakang dapat menimbulkan perbedaan yang bias. Hal ini membuat masyarakat memiliki pandangan sendiri terhadap bagaimana mereka memandang masyarakat Papua dengan pandangan budaya dan perspektif mereka masing-masing. Untuk mengatasi hal hal diatas perlu ditumbuhkan kesadaran dari setiap individu dalam wadah yang paling kecil, yaitu keluarga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara masyarakat di mana pun di Indonesia. Harus ada stigma positif untuk Papua. Untuk itu, penting bahwa nilai-nilai positif ini dapat terinternalisasikan sejak dini secara pribadi lepas pribadi.

 

Artikel ini telah dimuat di :

Membangun Stigma Positif Papua


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

google-site-verification=8N5TxWSBBIhu3nYT0oYVHkVyJSPdKuOpQNM5nHBjYg4